Mempersiapkan Diri untuk Tuhan: Yang Terbaik Dariku Untuk-Nya
“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”
(Yesaya 7:14)
Lewat perantaraan Yesaya dan nabi-nabi lain, Tuhan sudah mengumandangkan kelahiran Kristus jauh-jauh hari bahkan berabad-abad sebelum Kristus lahir. Rencana Agung ini dilakukan dengan segenap hati dan pikiran-Nya. Begitu sempurna, indah, ‘rundown’ yang Dia lakukan detail, parade orkestrasi Allah yang tiada bandingnya. Bayangkan, Dia runtut dari keturunan demi keturunan, Dia persiapkan orang yang akan berseru-seru di padang gurun, Dia pertemukan Maria & Yusuf dengan cerita yang indah, Dia persiapkan para Majus yang datang dari timur, Dia persiapkan para gembala yang melihat kemuliaan Allah lewat para malaikat yang bernyanyi dan bersorak, Dia persiapkan suatu palungan sederhana untuk menunjukkan yang terhina dari manusia akan menjadi yang termulia.
Apakah cukup kata mendeskripsikan pagelaran Maha Karya-Nya? Saya pribadi merinding saat merenungkan kembali bagaimana Allah mempersiapkan kelahiran Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang bebal, sombong, tak tahu diri, suka anggap enteng dan berdosa seperti saya dan kita semua.
Kita adalah debu:
- Kalau Tuhan tidak memberikan nafas-Nya kepada kita, kita tidak akan hidup. (Kej. 2:7)
- Kalau Tuhan tidak menyelamatkan kita, kita akan binasa. (Yoh. 3:16)
- Kalau Tuhan tidak memberikan Roh Kudus-Nya kepada kita, kita tidak tahu apa yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, dan yang patut dipuji (Flp. 4:8).
- Kalau Tuhan tidak memberikan kemurahan-Nya, kita tidak akan menikmati kebahagiaan & kehidupan ini (Mzm. 23:6).
Lalu, siapakah kita kalau tidak memperbaharui diri selagi masih ada waktu?
Kita sendiri pun mempersiapkan kelahiran putra-putri kita sebelum mereka dilahirkan ke dunia. Kita mempersiapkan yang terbaik menyambut kelahiran mereka.
Lalu bagaimana kita mempersiapkan diri kita, hati kita, keluarga kita, dan semua orang yang kita kasihi untuk menyambut kehadiran-Nya, Allah yang Agung dan Maha Mulia?
Dia sudah pernah datang, dan akan datang kembali. Seberapa usia kita, sebanyak itulah kita merayakan natal dalam kehidupan kita, dan sebanyak itu pula kita merayakan kematian, kebangkitan, kenaikan-Nya ke surga, dan turunnya Roh Kudus. Kalau kita berusia 40 tahun, 40 kali kita merayakannya.
Dengan demikian,
- Ketika kita akan memperingatinya, apakah menjadi peringatan yang biasa, atau akan menjadi perayaan yang agung dan mulia?
- Apakah kita masih menikmati hidup dalam dosa lama kita, atau kita mau memper- baharui kehidupan kita.
- Apakah kita masih berpusat pada diri kita sendiri, atau kehidupan kita sudah berpusat kepada Allah?
Ada 4 minggu Adven yang mempersiapkan kita untuk tiba di perayaan hari kelahiran-Nya. Sekarang Minggu Adven kedua. Apakah hati kita berkobar-kobar melebihi semarak hiasan natal dan lagu natal yang mulai berkumandang?
Janganlah kita menjadi orang seperti dalam perumpamaan “gadis yang bodoh”, yang tidak berjaga-jaga dan mempersiapkan buli-bulinya dengan penuh ketika Pengantin itu datang. Baiklah kita bijak, tanda-tanda dan peringatan sudah diberikan, dan usia kita juga terbatas. Dia akan datang menjemput orang-orang kudus-Nya, semoga kita tidak satupun ada yang ketinggalan.
Biarlah kita siap menyambut-Nya, Dia benar-benar lahir di dalam kehidupan kita dan menguasai kehidupan kita sepenuhnya, sehingga kitapun mempersembahkan diri kita : “My Utmost for His Highest”, yang terbaik dariku untuk kemuliaan-Nya.
Selamat memberikan yang terbaik menyambut kedatangan-Nya. Tuhan memberkati. (REP)