Menjaring Angin
Shalom, Saudara-saudari terkasih di dalam Kristus! Apakah kita sudah merasa puas dengan segala pencapaian hidup sejauh ini? Kita tentu memiliki harapan, cita-cita, dan perjuangan untuk mewujudnyatakan segala yang kita inginkan dalam kehidupan ini. Sebagian dari kita mungkin akan merasa puas ketika berhasil mencapai kebebasan finansial dalam hitungan digit tertentu pada usia kita yang paling dini, atau mungkin kita akan merasakan kepuasan hidup ketika mencapai jabatan dan kekuasaan pada tingkat tertentu dalam pekerjaan, usaha atau pun lingkungan sosial kita, atau mungkin kita baru akan merasa puas jika telah mendapatkan sesuatu yang diharapkan?
Sebagai manusia, kita mungkin merasa sudah sewajarnya mengharapkan, memperjuangkan, bahkan mendoakan segala yang terbaik untuk diri dan hidup kita sendiri. Dalam tema “Menjaring Angin”, bacaan Firman Tuhan kali ini akan menuntun kita untuk memahami kehidupan dengan lebih baik. Lukas 12:13-21 telah memaparkan bagi kita hal yang dianggap hakiki oleh Yesus untuk dihidupi oleh umatNya saat itu. Hal-hal yang dianggap hakiki oleh Yesus dalam Injil Lukas adalah menghindari kemunafikan, takut akan Allah, dan keberanian mengakui Kristus. Orang-orang dalam konteks Injil Lukas adalah mereka yang hidupnya cenderung individualis. Orang-orang ini belum terbiasa dengan panggilan Yesus untuk mengasihi Allah dan sesama dalam kehidupan sehari-harinya. Fokus hidupnya masih terbatas pada kepentingan diri sendiri. Segala upaya peningkatan taraf hidup yang dilakukan hanyalah untuk kemakmuran hidupnya sendiri.
Serupa dengan Injil Lukas yang mengingatkan umat Allah untuk waspada terhadap ketamakan, keakuan diri sendiri, dan fokus kepada diri sendiri, Rasul Paulus juga mengingatkan umat Allah di Kolose akan ajaran untuk menjadi “Manusia Baru”. Kolose 3:1-11 memaparkan tentang mematikan segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala.
Umat Allah yang terkasih, kita sebagai umat sudah dibarui oleh penebusan Kristus. Relasi kita dengan Allah adalah fokus dari kehidupan iman Kristen. Kita tidak bisa lagi membiarkan segala hasrat duniawi hidup di dalam diri kita, baik kemunafikan, percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, atau bahkan keserakahan atau ketamakan, karena keserakahan atau ketamakan itu sama saja dengan penyembahan berhala yang akan mengancam kita untuk berpaling dari Allah di dalam Kristus dan Roh Kudus. Allah amat memahami manusia yang tidak dapat menyembah kepada dua pihak, Allah dan mamon. Itu sebabnya, peringatan Yesus maupun Paulus agar umat-Nya menghidupi manusia baru di dalam kesehariannya, dengan terlebih dahulu menanggalkan manusia lama. Ajakan tersebut juga berlaku bagi kita saat ini umat Allah di GKI Kota Wisata. Hal ini bertujuan agar hidup kita tidak menjadi sia-sia. Hidup yang tidak pernah mudah ini akan lebih bermakna jika kita fokus kepada Kristus, Sang Sumber Hidup sehingga hidup kita berbuah lebat bagi dunia ini.
Kedagingan kita yang selalu haus akan rasa puas memang masih akan terus ada selama kita hidup dan bisa saja mengancam fokus kita kepada Allah. Namun Pemazmur juga menguatkan kita agar tidak takut, karena Allah dengan kasih-Nya telah membebaskan kita dari dunia orang mati (Mzm. 49:1-12). Kasih yang dari Allah itu juga yang membedakan kita saat ini dengan manusia lama kita. Kiranya kasih yang dari Allah itu juga menghidupi relasi kita dengan sesama manusia sehingga kita terbebas dari pengutamaan diri sendiri. Kasih yang dari Allah itu juga memampukan kita peduli pada ciptaan Allah yang lainnya, seperti lingkungan hidup dan sebagainya. Dengan begitu, kita terhindar dari upaya menjaring angin, sebagaimana kata Pengkhotbah.
Kasih Allah yang melampaui segala akal, menyertai kita. Tuhan memberkati. Amin. (YNI)






Users Today : 2117
Users Yesterday : 3096
This Month : 54113
This Year : 517166
Total Users : 965016
Who's Online : 17