Jangan Lupakan Rotinya
Mengolah gandum menjadi roti adalah proses yang panjang dan berat. Mulai menanam benih dan merawatnya agar dapat tumbuh menjadi pohon dan menghasilkan gandum. Setelah gandumnya matang, pohon harus ditebang dan gandumnya diproses menjadi tepung. Tepung gandum diolah dan dipanggang terlebih dahulu dalam oven sehingga menjadi roti. Roti adalah hasil akhir dari proses menanam, merawat, memanen, dan memanggang.
Yesus mengalami proses yang sama. Dia dilahirkan di dunia. Dia disiksa, mengalami cedera, dicambuk, dipukul, dan disalib di Golgota. Dia menghadapi api murka Allah demi kita manusia (bandingkan 1 Petrus 3:18).
Dalam Injil Yohanes, kita menemukan bagaimana Yesus kerap kali menyatakan identitas-Nya secara langsung, yang ditandai dengan perkataan “Akulah…” Kata “Akulah” dalam bahasa aslinya (Yunani) adalah ego eimi, yang merujuk pada identitas keilahian Yesus. Ada tujuh perkataan “Akulah” dalam Injil Yohanes, yang semuanya merujuk pada identitas ilahi Yesus. Salah satu identitas Yesus adalah Roti Hidup! Identitas tersebut menegaskan perkataan Yesus dalam Yohanes 14:6, bahwa hanya Yesus yang dapat memberikan kita kehidupan yang sejati dan kekal. Sebagai orang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, sudah sepatutnya kita bersyukur, karena karunia-Nya lah kita bisa menikmati roti tersebut. Masalahnya, apakah kita telah membagikan roti tersebut kepada orang lain? Roti yang tidak dibagikan, tidak ada gunanya bagi manusia.
Dalam kehidupan pelayanan, seringkali kita asyik dengan berbagai macam kegiatan pelayanan tanpa pernah membagikan “roti” kepada mereka yang kita layani. Dalam usaha berbuat baik, perhatian kita dapat terganggu. Kita menyemangati, menyembuhkan, dan melayani. Kita mendiskusikan solusi untuk mengatasi masalah-masalah SARA. Kita memberikan saran untuk mengatasi beragam masalah. Namun ada satu tugas yang harus kita lakukan. Kita tidak boleh melupakan rotinya! Inilah perbedaan utama pelayanan orang Kristen dengan pelayanan lembaga-lembaga sosial lainnya. Ingat, membagikan “roti” ini tidak sama dengan kristenisasi.
Mulai 22 Juni sampai dengan 13 Juli 2025, GKI Kota Wisata merayakan Bulan Misi dengan tema “Misi… Ayo Saja”. Melalu tema ini, gereja mengajak umat untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan misi, di manapun ia berada. Keterlibatan yang diharapkan tentu saja tidak hanya berupa dukungan doa (meskipun tentu saja doa itu sangat penting bagi keberhasilan suatu pelayanan misi), tetapi juga dalam bentuk tenaga maupun dana. Dalam Bulan Misi tahun 2025 ini, gereja ingin membagikan “roti” dengan cara memberdayakan perekonomian masyarakat di desa Tamiyang, Indramayu, yaitu dengan berusaha meningkatkan nilai tambah buah mangga, yang merupakan produk utama lokal di daerah tersebut. Gereja memanggil umat yang memiliki keahlian di bidang pertanian, pengolahan mangga, dan pemasaran untuk terlibat aktif dalam program ini. Jika berhasil, tentu saja pemberdayaan ekonomi ini akan berdampak secara langsung, bukan saja kepada umat Kristen, tetapi juga kepada setiap orang di desa Tamiyang. Sebagai efek domino dari program ini, diharapkan kita dapat mewartakan kasih “Sang Roti Hidup” secara nyata dan secara tidak langsung kita sudah memberitakan kabar baik (Injil) bahwa Allah mengasihi semua orang dan bahwa semua orang sangat berharga di hadapan-Nya.
Jadi, bersama dengan sebutir mangga, sebungkus manisan mangga, dan segelas jus mangga, sampaikanlah juga pesan mengenai dosa yang sudah diampuni dan kematian yang sudah dikalahkan. Ingatlah rotinya! (PSI)