Hidup karena Percaya
Setiap orang pasti pernah atau bahkan sering bergumul dalam memahami kehendak Tuhan. Kadang sulit bagi kita untuk mengetahui dan memahami apa yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Sering kali yang kita dapati adalah, seolah-olah Tuhan tidak membuka jalan untuk masa depan kita, tetapi hanya menunjukkan langkah selanjutnya dalam hidup kita, hingga pada akhirnya kita mengalami pergumulan iman yang berat. Kita berharap Tuhan memberikan solusi atas pergumulan, tetapi Tuhan memberi petunjuk melalui Firman-Nya yang Agung
“Hidup karena percaya, bukan karena melihat” adalah sebuah prinsip yang menekankan pentingnya beriman dalam menjalani kehidupan, terutama dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian. Ungkapan ini sering dikaitkan dengan 2 Korintus 5:7, yang menyatakan, “Sebab hidup kami ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan.” Ini berarti bahwa orang percaya seharusnya tidak hanya bergantung pada apa yang dapat dilihat atau dipahami secara rasional, tetapi juga pada keyakinan akan janji-janji Tuhan dan tuntunan-Nya.
Ibrani 11:1 mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat.” Banyak orang menyebut dirinya sebagai orang percaya, tetapi dalam praktik hidup sehari-hari mereka sangat dikendalikan dan dipengaruhi oleh situasi, keadaan, dan hal lain yang terlihat secara kasat mata – hidup karena melihat, bukan karena percaya (hidup dalam iman). Hal ini tampak jelas dari sikap hatinya yang gampang sekali berubah: gampang kecewa, gampang mengeluh, gampang bersungut-sungut, gampang menyalahkan orang lain, gampang menyalahkan keadaan, dan bahkan gampang menyalahkan Tuhan tatkala dihadapkan dengan masalah, kesukaran, tekanan, penderitaan, atau situasi sulit lainnya. Bagi mereka, hidup orang percaya itu perlu bukti atau tanda!
Seseorang dapat dikatakan hidup karena percaya jika ia senantiasa tinggal di dalam firman Tuhan; kesukaan hidupnya dalah merenungkan firman-Nya, mengetahui bahwa “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm. 10:17). Iman kita sangat bergantung pada banyaknya kita mendengar dan merenungkan firman Tuhan. Hal ini akan berdampak pada setiap perkataan dan perbuatan kita. Rasul Paulus berkata, “… seperti ada tertulis, “Aku percaya, sebab itu aku berbicara”, kami juga percaya dan sebab itu kami juga berbicara.” (2Kor. 4:13). Jadi perkataan orang percaya adalah perkataan iman, bukan perkataan yang sia-sia Sering kali, apa yang kelihatan bukanlah kenyataan yang sebenarnya.
Renungkanlah, ketika Yusuf dijual kepada pedagang budak oleh saudara-saudaranya yang iri dan jahat, tidak ada tanda-tanda bahwa Yusuf sebenarnya sedang dilatih untuk menjadi Perdana Menteri di Mesir. Ketika Firaun dan tentaranya semakin mendekati orang Israel yang terjepit di tepi laut Teberau, tidak ada tanda-tanda bahwa bangsa Israel akan diselamatkan dan tentara Mesir dibinasakan. Ingatlah, ketika Daud berdiri di hadapan raksasa bernama Goliat, tidak terlihat bahwa Goliat akan dikalahkan, tetapi Daud mengalami kemenangan. Hanya mata iman yang dapat sungguh-sungguh mengerti apa yang sebenarnya akan terjadi.
Injil Yohanes 20:24-29, menceritakah kisah setelah kebangkitan Yesus, yaitu tentang Thomas yang tidak percaya. Ketika Tuhan Yesus yang sudah bangkit menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Tomas tidak ada bersama murid-murid lainnya, sehingga ia tidak percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Tomas meminta bukti terlebih dulu, yaitu melihat bekas paku pada tangan Yesus, mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku itu, dan menaruh tangannya pada lambung-Nya. Maka untuk kedua kalinya Tuhan Yesus tiba-tiba hadir di tengah murid-murid yang berkumpul dalam ruangan yang terkunci tempat. Tuhan Yesus menghampiri Tomas, memintanya menaruh jarinya pada tangan-Nya menaruh tangannya pada lambungNya agar dia sungguh percaya.
Kenapa Tomas tidak percaya? Mungkin dia bingung dan takut karena ditinggal oleh Tuhan Yesus. Namun karena kasih-Nya, Tuhan Yesus mau menjumpai Tomas secara khusus sehingga hati Tomas berubah dan percaya sepenuhnya pada kebangkitan Tuhan Yesus. Namun ada sebuah pesan yang penting Tuhan sampaikan di Yohanes 20:29, “Karena engkau telah melihat Aku, engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Kita tidak melihat secara langsung kebangkitan Tuhan Yesus, tetapi kita percaya bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit dan percaya kepada kesaksian yang disampaikan dalam Alkitab. Karenanya, kita harus memiliki keteguhan hati, yaitu menjaga iman dan percaya kita kepada Tuhan Yesus yang selalu hadir dan menyertai kita. Seperti Tuhan sudah memberi keteguhan hati kepada Tomas dan murid-murid, Tuhan juga pasti memberikannya kepada kita.
Tetaplah percaya kepada Tuhan sampai selamanya, tetap percaya kepada janji-Nya. Walaupun kita tidak melihat secara fisik, tetapi mata rohani kita melihat pengharapan yang sungguh di dalam Tuhan. “Sebab, kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal” (2Kor. 4:18). “Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” (Ibr. 10:23).
Penerapan dalam kehidupan:
- Renungan ini mengingatkan kita untuk tidak terpaku pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara, tetapi fokus pada kehidupan kekal yang dijanjikan Allah.
- Kita didorong untuk hidup dengan penuh pengharapan, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan.
- Renungan ini juga menantang kita untuk hidup sesuai dengan iman, memercayai janji-janji Allah, dan menyiapkan diri untuk menghadap takhta pengadilan Kristus.
TUHAN YESUS MEMBERKATI (PRW)