Kebahagiaan yang Sejati

Dalam Lukas pasal 11 ayat 28 dituliskan: Ia pun berkata, “Yang lebih berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.” Setiap orang pasti memiliki versi kebahagiaannya masing-masing. Seringkali perspektif kebahagiaan diukur dengan suatu pencapaian yang bersifat lahiriah, misanya keberhasilan dalam pekerjaan, studi ataupun hal-hal lain yang menjadi ukuran keberhasilan duniawi saat ini. Kadang kebahagiaan diukur dari bagaimana cara orang lain menilai diri kita, mengaitkannya dengan apa yang kita miliki atau kita capai yaitu kekayaan atau pekerjaan yang menjanjikan kehidupan yang lebih dari layak atau hal-hal lain yang terlihat ”menyenangkan“ hati, hal yang menjadi impian bagi semua orang. Bukan berarti bahwa hal tersebut salah, juga bukan berarti bahwa kita tidak boleh berbahagia ketika mencapai keberhasilan atau mendapatkan sesuatu yang menyenangkan hati. Yang sepatutnya kita ingat, bahwa semuanya itu adalah berkat dan anugerah Tuhan dalam hidup kita.

Lukas pasal 11 ayat 28 mengingatkan kembali, bagaimana Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengukur kebahagiaan dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Kunci kebahagiaan adalah mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Jawaban Tuhan Yesus dalam ayat di atas adalah respon terhadap seruan seorang perempuan pada ayat sebelumnya yang mengukur kebahagiaan dari sesuatu yang bersifat lahiriah atau melihat kebahagiaan berdasarkan hubungan jasmaniah semata. Tuhan Yesus menegaskan bahwa yang lebih berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.

Kebahagiaan yang sejati adalah ketika kita memiliki hubungan rohani yang kuat dengan Tuhan, yaitu persekutuan yang erat dengan Tuhan setiap hari dengan mendengarkan firman-Nya dan memeliharanya. Memelihara Firman Tuhan dapat berarti ketaatan yang terus menerus dalam kehidupan sehari-hari.

Yakobus mengingatkan kembali pentingnya menjaga firman Tuhan dalam hidup kita. Kitab Yakobus 1:25 menyatakan “Namun, siapa yang meneliti hukum yang sempurna, hukum yang memerdekakan orang, dan bertekun di dalamnya, bukan hanya mendengar lalu melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”

Hukum yang sempurna dan memerdekakan orang mengacu kepada firman Tuhan. Meneliti berarti benar-benar membaca, mempelajari dan merenungkannya. Bertekun berarti menerapkan firman Tuhan terus menerus, tidak hanya sesaat kemudian melupakannya. Pada akhirnya, orang yang melakukan firman Tuhan akan mendapatkan kebahagiaan karena apa yang dilakukannya selalu selaras dengan kehendak Tuhan dan rencana Tuhan dalam hidupnya.

Tuhan sudah memberikan kepada kita “paket kebahagiaan yang sejati”. Tidak hanya cukup dengan mendengarkan saja, tetapi harus direspon dengan ketaatan dan melakukannya secara konsisten dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kiranya Tuhan dengan anugerah-Nya selalu menolong kita untuk terus menjadi pelaku-pelaku firman-Nya. Amin (KWI)

KEBAKTIAN MINGGU

MEMPERALAT KEBAIKAN

Amos 8:4-7; Mazmur 113; 1 Timotius 2:1-7; dan Lukas 16:1-13.

Kebaktian 21 September 2025 oleh Pdt. David Roestandi Surya Sutanto

Pendahuluan

Saudara-saudari, seringkali kebaikan dipandang sebagai sesuatu yang mulia dan luhur. Tetapi tidak jarang kebaikan justru dimanipulasi. Ada orang yang menggunakan kebaikan sebagai topeng untuk menutupi kepentingan, ada yang memperalat pelayanan untuk keuntungan diri, bahkan ada yang memakai kasih untuk kendali dan manipulasi.

Pertanyaannya: apakah kita sedang menghidupi kebaikan yang murni dari Tuhan, atau kita memperalat kebaikan demi diri sendiri? Inilah yang menjadi pergumulan teks-teks kita hari ini.

1. Amos 8:4-7 – Kebaikan yang Diperalat dalam Ekonomi

Nabi Amos menegur mereka yang mengaku beribadah, tetapi menantikan berlalunya hari Sabat hanya untuk kembali menipu dalam bisnis. Mereka menjual gandum dengan ukuran curang, menekan orang miskin, memperalat ibadah demi keuntungan. Allah murka, karena kebaikan ibadah sudah diperalat untuk kepentingan ekonomi.

2. Mazmur 113 – Allah yang Tinggi dan Peduli yang Rendah

Berbeda dengan orang-orang yang memanipulasi, Mazmur 113 menegaskan Allah yang benar: Ia tinggi, namun peduli pada orang hina dan miskin. Allah tidak memperalat, melainkan meninggikan orang yang ditindas. Inilah teladan kebaikan yang sejati: kebaikan yang membebaskan, bukan menindas.

3. 1 Timotius 2:1-7 – Kebaikan dalam Doa yang Universal

Paulus mengingatkan jemaat agar berdoa bagi semua orang, termasuk raja dan penguasa. Mengapa? Karena kebaikan Allah bersifat universal, bukan eksklusif atau manipulatif. Kristus menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua. Maka doa dan pelayanan kita jangan diperalat untuk kelompok tertentu saja, tetapi mencerminkan kasih Kristus yang menyeluruh.

4. Lukas 16:1-13 – Perumpamaan Bendahara yang Cerdik

Yesus menceritakan bendahara yang tidak jujur, tetapi cerdik. Ia memanfaatkan kesempatan untuk memastikan masa depannya. Namun, Yesus menegaskan: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Pesan Yesus jelas: kita dipanggil untuk bijak mengelola, tetapi jangan memperalat kebaikan demi mamon. Kebaikan sejati adalah kesetiaan kepada Allah dalam perkara kecil maupun besar.

Aplikasi

  1. Dalam Gereja
    Kita bisa tergoda memperalat pelayanan untuk gengsi atau jabatan. Misalnya, melayani bukan karena kasih, tetapi agar dilihat orang. Mari periksa motivasi: apakah kita sungguh melayani Tuhan, atau melayani ego?

  2. Dalam Ekonomi
    Dunia kerja sering menawarkan kesempatan untuk memperalat relasi, bahkan iman, demi keuntungan. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk jujur. Jangan sampai doa, ibadah, atau jaringan rohani hanya jadi alat cari untung.

  3. Dalam Relasi Sosial
    Kadang kita berbuat baik dengan motivasi balas jasa. Tapi kebaikan sejati tidak menuntut imbalan. Tuhan memanggil kita untuk berbuat baik seperti Dia: murah hati, tanpa pamrih, peduli pada yang lemah.

Penutup

Saudara-saudari, pesan Firman hari ini jelas: waspada terhadap sikap memperalat kebaikan.

  • Amos mengingatkan: Allah murka terhadap ibadah yang diperalat untuk bisnis.

  • Mazmur 113 mengajarkan: Allah meninggikan yang rendah, bukan menindas.

  • Paulus menegaskan: doa kita harus universal, tidak untuk kepentingan kelompok.

  • Yesus berkata: kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan mamon sekaligus.

Mari kita meneladani Allah yang penuh kasih dan keadilan. Kebaikan sejati adalah kebaikan yang murni, lahir dari kasih Allah, bukan manipulasi.

Kalau dunia memperalat kebaikan demi diri, orang percaya dipanggil untuk memperlihatkan kebaikan demi Allah.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

834123
Users Today : 1385
Users Yesterday : 1586
This Month : 37113
This Year : 386273
Total Users : 834123
Who's Online : 12