Kasih Tanpa Batas

Tuhan menciptakan manusia di Bumi ini beraneka ragam. Indonesia memiliki ragam perbedaan yang memperkaya budaya kita. Mulai dari perbedaan, suku, etnis, budaya, ras, hingga agama. Karena itulah, Indonesia disebut sebagai negara multikultural. Sebagai bagian dari komunitas yang hidup di tengah perbedaan, sebagai umat Kristen, kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada serta menolak sikap diskriminatif. Sebagaimana diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus, kita harus mempunyai kasih. Dengan menghidupi kasih yang Tuhan ajarkan, kita terus belajar untuk menghargai dan menghormati perbedaan yang ada.

Melakukan praktik kasih kepada orang lain yang memiliki pandangan dan kepercayaan yang sama dengan kita terasa mudah. Namun, mudahkah bagi Anda untuk mengasihi orang yang berbeda? Dalam menjalani kehiduan, kita tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus bersosialisasi, di situlah Tuhan ingin memakai hidup kita untuk dapat memberikan kasih di dalam setiap perbedaan. Tuhan menginginkan agar kita melakukan kasih dalam kehidupan yang kita jalani. Berbicara tentang kasih memang tidak ada habisnya. Bagi umat Kristen, kasih itu sendiri adalah sebuah identitas. Kita dapat membaca banyak ajaran tentang kasih yang Tuhan Yesus sampaikan dalam Alkitab. Jika kita tidak memiliki kasih, maka mari kita menilik kembali relasi pribadi kita dengan Tuhan.

Mengapa orang Kristen harus mengasihi sesama? Mengasihi mereka yang mempunyai latar belakang berbeda, bahkan mengasihi orang yang memiliki kepercayaan berbeda? Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Kasih Allah inilah yang seharusnya memberikan kita motivasi untuk dapat mengasihi siapa pun. Sayangnya, terkadang kita baru bisa mengasihi dengan syarat tertentu, misalnya orang yang seiman dengan kita, orang yang dekat dengan kita, atau orang yang memberikan keuntungan bagi kita. Tuhan menciptakan setiap dari manusia memang berbeda-beda, tetapi Dia memandang kita sama. Karena itu, sebagai muridNya, kita juga harus saling mengasihi tanpa membedakan latar belakang, seperti yang diajarkan dalam kisah orang Samaria yang baik hati. Ada tertulis di Galatia 3:28 “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Kisah orang Samaria yang baik hati ini bercerita tentang seorang pria yang dirampok dan terluka di jalan. Banyak orang lewat, tetapi tidak ada yang mau menolongnya. Hingga akhirnya, seorang Samaria datang dan merawatnya. Orang Samaria ini tidak memikirkan perbedaan bangsa atau budaya, ia hanya melihat bahwa orang itu membutuhkan bantuan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa di dalam Kristus, semua manusia sama. Tidak ada perbedaan yang dapat membuat satu orang lebih penting dari yang lain, baik itu perbedaan suku, status sosial, maupun jenis kelamin. Ayat ini mengajarkan kita untuk hidup dengan kasih yang melampaui perbedaan dan melihat semua orang sebagai saudara di dalam Tuhan.

Orang Kristen yang tidak memiliki kasih bisa dikatakan gagal menjadi teladan dan terang bagi sesamanya. Memang tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengasihi atau mengekspresikan perasaannya pada orang lain, beberapa orang bahkan sulit memperlakukan orang-orang terdekatnya dengan baik. Kasih bersifat Universal yang mencerminkan di hadapan Allah semua manusia sama. Dia mengasihi semua ciptaan-Nya tanpa terkecuali. Ciri-ciri kasih menurut 1 Korintus 13:4:

  • Sabar
  • Tidak memegahkan diri atau tidak sombong
  • Tidak melakukan yang tidak sopan
  • Tidak mencari keuntungan diri sendiri
  • Tidak pemarah
  • Tidak menyimpan kesalahan orang lain
  • Tidak bersukacita karena ketidakadilan

Sebagai buku panduan kita, Alkitab berisi banyak sekali pesan yang mengingatkan kita untuk bisa mempraktikan kasih kepada sesama, seperti ayat-ayat berikut ini:

  1. Menghormati satu sama lain Roma 12:10 mengatakan, “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling men dahului dalam memberi hormat.”
  2. Saling membangun 1 Tesalonika 5:11 mengatakan, “Karena itu kuatkanlah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”
  3. Melayani satu sama lain Galatia 5:13-14 mengatakan, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Namun janganlah mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain dengan kasih. Sebab, seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”

Tidak ada manusia yang ingin disakiti atau menderita. Hal itu dapat terwujud bila kita saling mengimplementasikan kasih tanpa batas. Dengan adanya kasih, kita dapat menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada, dan menunjukkan bahwa kasih Tuhan itu besar. Kita akan mampu untuk hidup bersosialisasi di tengah-tengah perbedaan yang ada, dan melihat perbedaan-perbedaan tersebut sebagi peluang atau kesempatan bagi kita untuk menebarkan kasih Tuhan. Jika ada kasih dalam diri kita, kita mempunyai empati dan kebaikan yang mendalam terhadap semua makhluk hidup. Kasih itu bagaikan terang yang bisa membuat manusia menikmati keindahan.

Hari ini, apakah Anda mau mengambil komitmen untuk mengasihi sesama, tanpa memandang perbedaan yang ada? Marilah meneladani Kristus yang menghancurkan setiap tembok perbedaan dan mengasihi sesama. Amin. (RFE)

KEBAKTIAN ADVEN IV

HADAPI TANTANGAN DENGAN BIJAK

Yesaya 63:7-9; Mazmur 148; Ibrani 2:10-18; Matius 2:13-23

Kebaktian 28 Desember 2025 oleh Pdt. Maria Waryanti Sindhu Putri

Hidup tidak pernah lepas dari tantangan. Bahkan sejak awal kehidupan, manusia sudah berhadapan dengan ancaman, ketidakpastian, dan situasi yang jauh dari ideal. Kita sering berpikir bahwa jika kita berada dalam kehendak Tuhan, maka hidup akan berjalan mulus dan aman. Namun bacaan firman Tuhan dari Matius 2:13–23 justru memperlihatkan kenyataan yang berbeda. Yesus, Sang Juruselamat dunia, sejak masih bayi sudah menghadapi ancaman nyata terhadap hidup-Nya. Kehadiran Mesias tidak serta-merta membuat dunia menjadi tempat yang aman dan ramah.

Karena itu, pertanyaan penting bagi kita bukanlah apakah kita akan menghadapi tantangan atau tidak, melainkan bagaimana kita menghadapinya. Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk menghadapi tantangan dengan bijak—bukan dengan panik, bukan dengan kenekatan rohani, dan bukan dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri, melainkan dengan ketaatan dan kepekaan kepada Allah.

Setelah orang-orang majus pergi, malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi dan memperingatkannya tentang rencana Herodes yang hendak membunuh Anak itu. Peristiwa ini menunjukkan bahwa kehadiran Yesus di dunia tidak meniadakan kejahatan dan kekerasan. Rencana Allah tidak berarti dunia langsung menjadi aman dan bebas dari ancaman. Bahkan justru di tengah pusat kehendak Allah, ancaman bisa muncul dengan sangat nyata. Herodes melambangkan kuasa dunia yang takut kehilangan kendali. Ia merasa terancam bukan oleh tentara atau kekuatan besar, melainkan oleh seorang bayi. Dalam situasi seperti ini, kebijaksanaan iman tidak berarti menantang bahaya secara frontal, melainkan mengenali realitas ancaman dengan jernih dan jujur.

Respons Yusuf menjadi contoh iman yang bijak. Ketika menerima peringatan Tuhan, Yusuf tidak berdebat, tidak menunda, dan tidak mencoba menguji Tuhan dengan sikap nekat. Ia bangun dan segera membawa Maria serta Yesus ke Mesir. Yusuf tidak berkata, “Kalau ini Anak Allah, pasti aman.” Justru imannya dinyatakan melalui ketaatan yang realistis dan bertanggung jawab. Di sini kita melihat bahwa kebijaksanaan iman tidak pernah memisahkan iman dari akal sehat. Pelarian ke Mesir, yang secara manusiawi tampak sebagai kemunduran, justru menjadi bagian dari penggenapan nubuat Allah: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Allah bekerja bahkan melalui jalan yang terasa gelap dan tidak ideal.

Yusuf dan keluarganya tinggal di Mesir sampai Herodes mati. Alkitab tidak mencatat berapa lama masa penantian itu berlangsung. Yang jelas, mereka hidup sebagai orang asing, berada dalam keterbatasan, dan jauh dari tanah perjanjian. Namun di tengah masa tunggu yang tidak pasti itu, Tuhan tidak pernah kehilangan kontrol. Pada waktu-Nya, Tuhan kembali berbicara dan menuntun mereka pulang. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa tantangan tidak selalu cepat berlalu, tetapi penyertaan Tuhan tidak pernah terputus.

Ketika Yusuf hendak kembali ke Yudea, ia mendengar bahwa Arkhelaus memerintah menggantikan Herodes. Sekali lagi Tuhan memperingatkannya, dan akhirnya Yusuf menetap di Nazaret. Jalan hidup mereka tidak kembali ke rencana awal. Namun justru di Nazaret—tempat yang dipandang rendah dan tidak penting—Yesus bertumbuh. Hal ini menegaskan bahwa kebijaksanaan iman juga berarti kemampuan untuk beradaptasi. Rencana Tuhan bisa berubah bentuk, tetapi tujuan-Nya tidak pernah berubah. Allah sering membawa umat-Nya ke tempat yang tidak mereka rencanakan, dan justru di sanalah karakter, iman, dan panggilan dibentuk.

Firman Tuhan ini mengingatkan kita agar tidak heran jika hidup beriman tetap diwarnai oleh ancaman dan kesulitan. Iman Kristen bukanlah jaminan hidup tanpa masalah, melainkan jaminan penyertaan Tuhan di dalam masalah. Kita diajak untuk menghadapi setiap tantangan dengan kepekaan akan suara Tuhan, sebab kebijaksanaan lahir dari relasi yang dekat dengan-Nya. Seperti Yusuf, kita dipanggil untuk peka, taat, dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.

Kita juga perlu belajar membedakan iman dengan kenekatan. Iman yang dewasa tidak memusuhi akal sehat, tetapi berjalan seiring dengannya. Selain itu, firman Tuhan mengajak kita untuk belajar menunggu dengan setia. Tidak semua masalah selesai dengan cepat, tetapi Tuhan tetap bekerja dalam masa tunggu. Akhirnya, kita diajak untuk menerima jalan Tuhan meskipun tidak selalu sesuai dengan rencana kita. Nazaret mungkin bukan pilihan Yusuf, tetapi menjadi bagian penting dari karya keselamatan Allah.

Matius 2:13–23 mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati bukanlah kemampuan menghindari masalah, melainkan kesediaan untuk hidup taat dan peka di tengah tantangan. Allah tidak selalu menyingkirkan bahaya dari jalan kita, tetapi Ia selalu menyertai umat-Nya yang berjalan dalam ketaatan. Kiranya jemaat belajar menghadapi setiap tantangan hidup dengan iman yang bijak: mendengar suara Tuhan, melangkah dengan taat, dan percaya bahwa di balik setiap jalan yang sulit, Allah sedang bekerja menggenapi rencana-Nya.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

1028571
Users Today : 1269
Users Yesterday : 1376
This Month : 40059
This Year : 580721
Total Users : 1028571
Who's Online : 7