Hati yang baru
Hati yang baru
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
Yehezkiel 36:26
Saya yakin bahwa Roh Allah diam di dalam diri saya dan telah mengubah sebagian dari diri saya. Namun terus terang saya tidak ingat kapan Roh Allah tersebut hadir di dalam hidup saya. Yang pasti belum terlalu lama, mungkin sekitar 6-7 tahun yang lalu perubahan tersebut saya rasakan. Dan berita baiknya, perubahan itu terjadi di lingkungan GKI Kota Wisata dan bisa jadi Bapak Ibu turut berperan dalam perubahan saya.
Saya tumbuh dari sebuah keluarga non Kristen yang memiliki pemahaman, bahwa agama itu tidak seberapa penting, yang penting kita hidup baik terhadap sesama. Saya dibaptis di Larantuka – Flores Timur ketika berusia 14 tahun, sewaktu saya tinggal bersama tante saya yang Katholik cukup fanatik. Pertumbuhan spiritual saya tidak terlalu dirasakan selama 3 tahun tinggal di asrama SMA Katholik milik SVD di Ende – Flores, di mana setiap pagi jam 5.00 kami harus berdoa ke Kapella dan tentunya setiap hari Minggu dan hari raya gerejawi harus ke gereja. Nah, sewaktu saya bersama kakak saya mendapat kesempatan untuk berangkat ke Jerman untuk kuliah di sana, karena kami tidak diterima di UPTN, kami berdua ibarat layang-layang lepas, bebas dari rutinitas gereja sewaktu di asrama, dan jarang sekali ke gereja di hari Minggu. Sampai sempat kami berdua tidak disukai atau bahkan dimusuhi oleh Pastor yang memimpin rumah pelajar di mana kami tinggal.
Kenapa saya yakin sekarang Roh Kudus ada dalam diri saya?
Setelah saya kembali dari Jerman di tahun 1990 sampai kurang lebih 6-7 tahun yang lalu, setiap kali saya ke gereja, kadang ke gereja Katholik, kadang ke GKI, saya sering sekali mengantuk atau tertidur ketika kebaktian apalagi sewaktu mendengar khotbah dari Pastor atau Pendeta; saya waktu itu jarang sekali berdoa, apalagi membaca Alkitab, bahkan saya sering mempertanyakan keabsahan Alkitab. Seingat saya, sebelum menikah, saya tidak punya satupun buku Alkitab. Beda sekali dengan keinginan yang menggebu-gebu untuk membaca buku silat Kho Ping Hoo, dahulu rasanya untuk membuka Alkitab saja tidak ada keinginan sama sekali. Nah, sejak 6-7 tahun yang lalu semua itu berubah, saya jarang sekali tertidur sewaktu mendengar khotbah, sudah lebih rutin berdoa (biasanya pagi) dan selalu rutin membaca Alkitab hampir setiap hari.
Saya teringat teman kuliah saya di Technische Universitaet Muenchen sekitar tahun 1986, seorang Austria, namanya Benedict, asalnya dari desa Zillertal di Pegunungan Alpen, tempat orang bermain ski. Orangnya sangat religius (sewaktu remaja pernah menjadi pecandu kuat), setiap kali berkunjung ke tempat saya, pasti bicara tentang Yesus Kristus, suka memberi saya buku Kristiani, namun satupun tidak pernah saya baca. Terus terang saya alergi kalau Benedict sudah mulai bercerita betapa baiknya Yesus, sampai saya bilang, “Bisakah kamu bicara hal lain?” Intinya, di mata saya waktu itu, dia gagal dan mungkin Benedict juga merasakan hal yang sama. Dan ada satu orang Jerman seperti Benedict di dalam perjalanan hidup saya selama 9 tahun hidup di Muenchen yang ber- usaha meyakinkan saya tentang Kristus, di mata saya dia pun gagal waktu itu.
Namun sekarang, setelah saya mengenang kembali perjalanan hidup saya sampai hari ini, rasanya tidak ada yang sia-sia yang telah dilakukan oleh tante saya, pastor di asrama saya di Ende, teman saya Benedict dan Benedict-Benedict yang lain dalam kehidupan saya. Seperti benih yang telah ditabur di atas tanah Flores yang kering dan keras, ternyata setelah sekian puluh tahun, benih-benih itu ternyata bertumbuh. Dan saya percaya itulah kuasa Roh Kudus yang telah merubah hati saya dan hanya Roh Kudus yang sanggup melakukannya.
Dalam Bulan Misi ini, saya mengajak Bapak Ibu dan Saudara/i sekalian mencontohi teman saya Benedict dan menabur benih di lingkungan kita (keluarga, teman) dan jangan putus asa bila kita tidak melihat hasilnya sekarang.
Kiranya Tuhan memberikan semangat menginjili dalam diri kita masing-masing. Amin. (HAR)