Tetap Setia

Seorang teman kuliah saya rela berpindah keyakinan demi mengejar citacitanya menjadi Pegawai Negeri Sipil dengan cara menikahi pacarnya, lalu orang tua dari istrinya menjadikan dia sebagai PNS. Sedih rasanya melihat seorang yang dulu rajin ikut persekutuan, tetapi demi pekerjaan dia harus berpindah agama.

Berbeda dengan dosen ketika saya kuliah dulu. Beliau sudah dua kali mengambil spesialisasi dengan nilai yang bagus, tetapi digagalkan oleh segelintir orang yang mengatakan, “Harus pindah agama, nanti kami luluskan untuk mengambil spesialisasinya.” Dosen saya tetap mengikuti tes untuk ketiga kalinya dan berhasil lulus dengan tetap berpegang teguh kepada Yesus. Dosen saya hampir sama seperti Rasul Petrus yang akan menyangkal Yesus tiga kali, bedanya dia tetap setia dan berani menyatakan bahwa dia tetap pengikut Kristus.

Teman dan dosen saya adalah gambaran dari orang percaya yang tidak setia dan tetap setia. Saya juga pernah tidak setia saat berada dalam fase hidup dengan pemahaman bahwa ‘saya orang berdosa sedangkan orang yang ke gereja adalah suci tanpa dosa.’ Hal ini membuat saya tidak mengikuti kebaktian di gereja selama lebih dari 1 tahun. Selalu ada saja alasan untuk tidak ke gereja. Merasa hebat dengan diri saya sendiri, mampu membiayai kuliah sendiri, mendapat beasiswa dari kampus, bekerja di pagi hari sambil kuliah pada sore hari dan pada hari Sabtu. Hal ini membuat saya mudah menjadi sombong dan tinggi hati, menganggap semuanya adalah hasil usaha sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Semua rutinitas ini membuat saya terlalu sibuk dengan bekerja dan kuliah sampai melupakan semua kebaikan Tuhan selama ini.

Setelah lulus kuliah, saya pun mulai kehilangan arah tujuan hidup. Saya merasa hidup hanya begitu-begitu saja. Sampai suatu hari saya mengantar tetangga untuk beribadah di GKI Buaran, saya mengikuti kebaktian yang dilayani oleh Pendeta Suhud. Saya ingat saat berkhotbah beliau mengatakan, “Kita semua orang berdosa, tidak ada orang yang ke gereja lalu dosanya dihapus dan menjadi suci.” Sejak saat itu saya mulai mengikuti Kebaktian Minggu di GKI Buaran.

Bagaimana dengan kita yang setia beribadah seminggu sekali? Apakah kita kebaktian di hari Minggu sebagai rutinitas atau formalitas saja? Atau apakah kita adalah umat “Kristen KTP” (tidak pernah kebaktian) atau “Kristen NaPas” (datang kebaktian saat Natal dan Paska)? Apakah kita hanya mendengar Firman tetapi tidak melakukannya? Apakah kita masih tetap setia dan selalu berpegang teguh bahwa Yesus Juruselamat yang hidup? Marilah kita renungkan… Seperti lirik lagu “Tetap Setia”:

Selidiki aku, lihat hatiku Apakah ‘ku sungguh mengasihi-Mu, Yesus Kau yang Mahatahu dan menilai hidupku Tak ada yang tersembunyi bagi-Mu Telah kulihat kebaikan-Mu yang tak pernah habis di hidupku ‘Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia

Surat Rasul Paulus kepada Timotius dalam 2 Timotius 2:13 “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya”. Walaupun kita tidak setia kepada Yesus, Yesus tetap setia kepada kita. Melalui pengorbanan-Nya, Dia rela menanggung dosa kita dan bangkit mengalahkan maut.

Kiranya Karya Keselamatan Yesus Kristus membuat kita selalu yakin, percaya dan setia kepada-Nya. Selamat merayakan Paska. Tuhan Yesus memberkati kita semua. (CHE)

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663548
Users Today : 119
Users Yesterday : 1857
This Month : 39130
This Year : 215698
Total Users : 663548
Who's Online : 10