Meninggalkan hal duniawi untuk merengkuh berkat sorgawi
Meninggalkan hal duniawi untuk merengkuh berkat sorgawi
Mari menjadikan Tuhan yang terutama dalam hidup ini, jangan sampai hal-hal duniawi mengalihkan fokus hidup kita kepada-Nya.
Saat ini rasanya hampir semua diukur menggunakan uang dan barang yang kita miliki. Jika dianggap sebagai pengusaha yang sukses, pasti mempunyai rumah yang begitu mewah dan mobil yang banyak. Tidak jarang media sosial menjadi sebuah tempat sebagai ajang pamer dan aktualisasi diri atas status sosial yang dimilikinya. Bahkan banyak orang memaksakan dengan segala daya dan upayanya sekalipun itu tidak sesuai dengan kenyataan hidupnya. Pamer gaya hidup di sosmed dengan menampilkan photo-photo diri sedang makan di restoran mewah, jalan-jalan keluar negeri, dan lain-lain padahal semuanya itu dilakukan dengan memaksakan diri bahkan hasil dari berhutang. Pokoknya agar dirinya dapat diakui oleh lingkungan atau kelompoknya.
Kemudian apakah menjadi kaya itu salah? Bukankah kekayaan tersebut adalah hasil dari kerja keras yang telah lama dilakukan? Seharusnya bebas kita mau melakukan apa saja atas kekayaan dari hasil kerja keras yang telah kita lakukan? Toh Tuhan Yesus juga mengajak pemungut cukai itu bukan untuk makan malam bersama?
Orang memang boleh mengejar karir, cita-cita dan impiannya, namun jika ia mengorbankan segalanya demi apa yang dikejarnya, berarti dia telah mencintai dunia dengan hidupnya. Kristus telah memberikan contoh kepada kita bahwa kita harus mau berkorban agar dapat menghasilkan buah yang lebih banyak lagi. “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Luk. 18:24b-25).
Tuhan ingin mengingatkan kita hari ini, bahwasanya jangan terpaku terhadap hal-hal duniawi yang telah berhasil kita dapatkan. Ketika kita terfokus kepada hal yang telah diperoleh, maka kita tak memiliki fokus kepada Allah yang memberi kehidupan. Kita diingatkan kembali akan “Perumpamaan tentang talenta” sebagaimana tertulis dalam Matius 25:14-30, di mana dalam perumpaman ini, Tuhan Yesus bermaksud mengingatkan kepada kita semua agar mempergunakan talenta yang dipercayakan kepada kita untuk dipergunakan dan diusahakan dengan sebaik-baiknya sehingga saatnya kita diminta untuk mempertanggungjawabkannya, maka kita dapat mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan dengan baik dan tidak bercacat cela bahkan menghasilkan buah yang lebih banyak lagi. “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagian tuanmu” (Mat. 25:21).
Tuhan tidak anti kepada mereka yang kaya atau memiliki banyak hal dalam hidupnya. Yang Tuhan inginkan adalah ketika kita berhasil mewujudkan cita-cita, kita masih hidup berfokus kepada-Nya dan mempergunakan anugerah dari Tuhan ter- sebut menjadikannya berkat pula bagi sesama. Mari menjadikan Tuhan yang ter- utama dalam hidup ini, jangan sampai hal-hal duniawi mengalihkan fokus hidup kita kepada-Nya. (KKR)