Syukuri apa yang ada

SYUKURI APA YANG ADA, KARENA HIDUP ADALAH ANUGERAH

 

Salah satu sifat manusia yang perlu dihilangkan adalah sering kali melihat “rumput tetangga lebih hijau”. Kita seringkali lupa akan berkat Tuhan yang diberikan pada kita dan selalu melihat orang lain lebih baik dan lebih banyak diberikan berkat oleh Tuhan.

Orang yang berambut ikal ingin berambut lurus, orang yang berambut lurus ingin berambut ikal. Orang yang tinggal digunung ingin tinggal di pantai, yang tinggal di pantai ingin tinggal di gunung. Ketika jadi karyawan, kita ingin jadi pengusaha supaya tidak diperintah orang, ketika jadi pengusaha malah ingin jadi karyawan supaya tidak pusing. Tidak pernah ada hal yang cukup. Kita tidak pernah bahagia meskipun segala hal yang kita kehendaki sudah dapat kita miliki. Kita selalu mau dan mau lagi.

Akibatnya kita hidup dalam pengejaran. Kita akan cenderung membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain, dan lupa bahwa sehijau apapun rumput seseorang, pasti tetap ada bagian-bagian kuningnya. Bila apa yang kita kejar tidak bisa kita dapatkan, maka kita akan mudah kecewa. Bila yang kita harapkan ternyata tidak seperti yang inginkan, maka timbullah penyesalan.

Kita merasa sudah menghabiskan waktu, energi, materi dan usaha dengan sia – sia. Kita lalu menghukum diri kita sendiri, memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang belum tentu menjadi bagian kita, dan semuanya akan berujung pada putus harapan dan kehilangan percaya diri.

Kapankah kebahagiaan akan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan untuk mengejar yang belum ada ataupun menyesali yang sudah lewat, namun mengabaikan apa yang sudah kita miliki tanpa rasa syukur?
Putus asa dan iri hati seringkali membuat seseorang mulai membandingkan diri dengan orang lain. Ketika ini terjadi, artinya kita sedang membuat masalah baru di dalam hidup kita. Alkitab pun mengatakan bahwa membandingkan diri dengan orang lain adalah perbuatan yang bodoh (2 Kor 10:12).

Apapun yang kita alami hari ini jangan terfokus pada masalah, belajarlah untuk bersyukur terhadap apa yang ada, karena yakinlah bahwa yang terbaik selalu dinyatakan atas hidup kita. Tiada hal yang lebih indah ketika kita dapat menjalani hidup dengan penuh ucapan syukur, Kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu ! (2 Tawarikh 15:7)

Kita semua sama berharganya dimata Allah. Tidak ada orang yang diciptakan Allah kurang dari yang lain, karena Allah selalu melengkapi setiap ciptaanNya dengan talenta masing-masing, yang pasti bermanfaat dalam hidup, baik untuk diri sendiri, untuk sesama, maupun untuk memuliakan Allah. Jadi kita tidak perlu membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, sebaliknya kita harus bisa menjaga hidup kita agar semakin bertumbuh dan berbuah. “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya (Ibr. 13:15).”

Membandingkan diri kita dengan orang lain akan menambah persoalan bagi kita dan menjadikan segala sesuatu makin buruk. Kita adalah ciptaan Tuhan yang sangat ia kasihi, sangat berharga di mataNya dan kita punya lebih dari cukup bekal untuk hidup sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tesalonika 5:18). Bersyukurlah apa yang ada, karena hidup adalah anugerah dari Tuhan. Karena itu, sebagai orang-orang yang menerima hidup di dalam Tuhan, sudah seharusnya kita berkarya lebih giat untuk kemuliaan Tuhan sebagai wujud syukur dan kasih kepada Tuhan. (EFH)

 

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663589
Users Today : 160
Users Yesterday : 1857
This Month : 39171
This Year : 215739
Total Users : 663589
Who's Online : 11